Kisah Hero Phoveus, the Shadow of Dread. Phoveus sebenarnya sudah rilis lama, yaitu pada tanggal 11 Mei 2021 saat event 515. Hero ini rilis setelah Beatrix dan sebelum Natan. Akan tetapi, baru-baru ini Phoveus ini mendapatkan revamp. Selain itu, Phoveus juga mendapatkan video sinematik. Phoveus adalah hero Fighter yang cocok di EXP lane, dengan spesialisasi Chase dan Control. Ia adalah pahlawan yang terhasut oleh Dewa Teror Astaros. Berikut ini adalah kisah hero Phoveus:
Kisah Hero Phoveus Secara Singkat
Phoveus dulunya adalah prajurit Moniyan Empire yang berasal dari tepi Pegunungan Lantis. Pasukannya, yang terdiri atas empat belas pejuang berpengalaman, terkenal akan keberanian mereka yang begitu nekat. Mereka bertarung melawan Abyss menggunakan metode yang meragukan, namun sangat efektif.
Karena kesalahan Moniyan Empire, Phoveus terpaksa menggunakan kekuatan sang dewa jahat untuk mengubah keadaan perang agar lebih unggul. Meskipun Phoveus telah menyelamatkan banyak orang, Moniyan Empire justru menganggapnya sebagai pendosa karena berkonspirasi dengan iblis. Dalam perjalanan menuju eksekusinya, sang dewa jahat mencoba mengambil alih tubuh Phoveus. Akan tetapi, Phoveus membalikkan situasi dan mengikat tubuhnya dan sang dewa jahat di tugu batu. Walaupun Moniyan Empire menganggapnya sebagai pendosa, mereka yang berada di perbatasan akan selamanya menganggap Phoveus sebagai pahlawan.
Kisah Hero Phoveus Versi Narasi
Di Dalam Prison Wagon
Tugu batu tak bernama di bawah senja merah tua dari langit Moniyan, bau darah begitu menyengat melewati hawa dingin, menandakan pertarungan mengerikan yang belum lama terjadi.
Roda-roda kereta penjara bergetar di atas bebatuan saat kereta bergerak menelusuri jalan pegunungan. “Sampai jumpa kemarin, kepada kemuliaan yang terlupakan, pada malam yang familiar ini. Potonglah dadaku dan ukirkanlah sumpah ini ke hati mereka yang ada di perbatasan..”
Di dalam kereta, sosok kabur itu menunjukkan tubuhnya lewat celah di dalam penjara. Armornya hancur, wajahnya memiliki banyak luka, dan matanya yang kosong berkilau dingin di bawah cahaya rembulan.
“Diam!”
Seorang prajurit berteriak saat dia memukul kereta, menginterupsi lagu yang tergumam. Amarah memuncak hingga wajahnya sembari ia mengutuk si tawanan:
“Kita kehilangan 13.000 orang baik di pertarungan itu! Dan yang kau lakukan.. seperti meludahi makam mereka!”
Phoveus Dianggap Pendosa
Angin bertiup kencang bagaikan pisau yang terasah. Setelah beberapa saat momen diam, Phoveus menengok dan kembali ke kegelapan. Suara itu terdengar lagi dari dalam kereta sekali lagi, tapi kali ini bukan berasal dari para prajurit. Malahan, tiga belas nama terucap lagi dan lagi. Nama-nama yang terdengar biasa ini pernah memberikan kebahagiaan dan harapan kepada desa-desa di pegunungan Lantis. Mereka adalah nama-nama ayah, saudara, dan anak-anak yang telah melindungi perbatasan dari generasi ke generasi. Akan tetapi, sekarang mereka hanyalah nama-nama yang tertulis dengan penghinaan pada selembar kertas dari Regimen Perbatasan Moniyan.
“Orang-orangmu akan diingat sebagai pendosa dan pengkhianat, sama sepertimu.”
Pada saat ini, tugu batu yang ditranspor di dalam kereta itu mulai bergetar. Phoveus melihat dengan tidak percaya saat sebuah mata terbuka pada tugu batu itu; mata sama yang menuntunnya kepada takdir ini. Mata itu melihat Phoeveus; merefleksikan kegilaan di dalam matanya.
Bisikan Evil God Astaros
Pertemuan ini bukanlah kebetulan. Beberapa abad lalu, leluhur Phoveus menyegel satu Evil God di atas pilar besar. Pilar itu terkikis seiring berjalannya waktu hingga menyisakan tugu batu di perbatasan Moniyan Empire dan Abyss. Setelah peperangan yang besar itu, tugu batu itu masuk ke dalam kereta untuk relokasi. Phoveus tahu segalanya tentang iblis itu, dan iblis itu tahu segalanya tentang Phoveus.
“Ambil kekuatanku lagi, dan rebut semuanya yang berhak menjadi milikmu…”
Phoveus tetap terdiam namun tidak menyadari tangannya yang bergerak menuju bisikan tugu itu. Tiga belas nama menggema sekali lagi di dalam kegelapan, kali ini ditemani oleh suara kuku yang menggaruk tugu itu. Dia telah memanggil nama-nama ini tak terhitung banyaknya. Mereka terukir kuat di dalam jiwanya, bersama matanya yang penuh percaya, senyuman lelah, dan wajah lusuh.
Namun semua itu sudah tidak ada lagi. Satu-satunya yang tersisa hanyalah nisan tanpa nama yang terbentang di perbatasan. Perbatasan yang mereka lindungi dengan darah dan tangis, dan mereka tidak bisa menemukan kedamaian bahkan dalam kematian. Phoveus teringat nama-nama itu hanya berguna untuk mereka yang hidup.
Kilas Balik: Perang Antara Moniyan Empire dan Abyss di Pegunungan Lantis
Saat Abyss mulai menyerang jalur pegunungan Lantis tanpa henti, mencoba menembus garis perbatasan Moniyan Empire, Phoveus yang putus asa berdiri di depan mata iblis yang besar. Dia merasa seolah-olah melihat masuk ke dalam jiwanya, mencari sesuatu… “Ah, dia menginginkan kekuatan, cukup kuat untuk menghentikan pembantaian tak masuk akal ini.”
Di bawah pengaruh enitas iblis ini, Phoveus dan orang-orangnya berhasil membasmi kekuatan Abss pada hari itu. Terompet kemenangan sementara bersamaan dengan auman frustasi Abyss terbawa hingga ke tengah Empire, mengisi ambisi Empire untuk merebut lagi wilayah yang hilang.
Dengan begitu, Imperial Knight Tigreal dikirim ke jalur pegunungan dengan 13.000 pasukan. Mereka tiba dengan semangat tinggi, dengan armor emas mereka yang bersinar di bawah sinar matahari. Akan tetapi, sebelum pertempuran dimulai, Phoveus sadar bahwa orang-orang ini hidup terlalu lama di cahaya dan telah lupa betapa berbahayanya kegelapan.
Kilas Balik: Phoveus Menggunakan Kekuatan Evil God Astaros
Kelicikan Abyss dan kurangnya pengalaman dari para komandan dari Empire menyebabkan regimen kedua mereka terkepung oleh pasukan Abyss. Tanpa harapan, Phoveus melihat ke orang-orangnya yang masih menahan garis pertahanan, tubuh babak belur mereka menolak gugur, dan dia menutup kedua matanya. Phoveus berkata kepada Tigreal bahwa dia lebih baik dikutuk oleh dunia daripada membiarkan rekannya menjadi batu nisan tanpa nama. Menghiraukan perintah Tigreal, Phoveus memanggil mata itu. Saat mata itu tiba di hadapannya, dia menggunakan darahnya untuk melepaskan segel sang Evil God.
Tidak lama kemudian, Phoveus mendarat di tengah medan perang dan mulai mendorong balik pasukan Abyss, memberikan waktu kepada Tigreal dan pasukannya untuk mundur. Meskipun begitu, di mata Empire, tidak ada dosa yang lebih besar daripada bersekutu dengan iblis. Nyawa dari pasukan yang ia selamatkan juga tidak lepas akan konsekuensi dari kejahatannya. Phoveus dianggap kriminal, dipenjara, lalu segera dieksekusi.
Phoveus Tidak Ditaklukkan Oleh Evil God
Kembali di dalam kereta, kekuatan iblis itu mulai berputar di lengan Phoveus bagaikan rantai api. Paku mulai menonjol dan menusuk ke dalam tubuh Phoveus. Akhirnya! Sang Evil God telah menunggu lama dan merencanakan momen ini, dan sekarang dia akan merebut daging dan darah dari musuhnya itu.
Kereta berbelok, menunjukkan wajah tenang Phoveus di bawah cahaya bulan. Ada tatapan penuh tekad di matanya yang seharusnya tidak dimiliki oleh pria putus asa. Phoveus meraih rantai-rantai itu, dan dengan berat jiwanya, mulai mendorong balik sang iblis ke dalam tugu batu. Semakin sang Evil God berusaha, semakin kencang jadinya rantai itu. Pada akhirnya, tubuh dan jiwa Phoveus mulai menyatu dengan tugu batu itu dan kekuatan mulai masuk ke dalam tubuhnya.
“Kita mirip di satu aspek. Kita memiliki kesabaran petapa, menutupi ambisi kita atau hari bertakdir ini. Sayangnya, kau tidak akan pernah punya kesempatan untuk mengetahui kalimat yang terukir di balik tugu batu ini…”
Kembali Menuju ke Pegunungan Lantis
Phoveus menggosok dan membersihkan debu di tugu batu itu, menunjukkan sumpah kuno yang tertulis:
“Tekad kami selamanya adalah belenggu abadimu”
Kurungan di dalam kereta itu meledak dan menunjukkan Phoveus, yang kini tertutupi oleh banyak rantai dan penuh kekuatan. Dengan langkah berat, dia bertatih-tatih kembali ke perbatasan, menyeret tugu batu di belakangnya.
Tugu batu itu kini mengurung dua jiwa, tetapi Phoveus tidak pernah merasa sebebas ini, karena dia telah mendapatkan kekuatan untuk menyelamatkan kaumnya.
Referensi: MLBB Fandom